Senin, 02 Desember 2013

Subagio Sastrowardoyo-dan kematian makin akrab

Di muka pintu masih bergantung tanda kabung
Seakan ia tak akan kembali
-Memang ia tak kembali tapi ada yg mereka tidak mengerti- mengapa ia tinggal diam waktu berpisah
Bahkan tak ada kesan kesedihan pada muka dan mata itu, yg terus memandang, seakan mau bilang dengan bangga: -matiku muda-
Ada baiknya mati muda dan mengikut mereka yg gugur sebelum waktunya
Di ujung musim yg mati dulu bukan dirongrong penyakit tua, melainkan dia yg berdiri menentang angin diatas bukit atau dekat pantai dimana badai mengancam nyawa
Sebelum umur pahlawan ditanam digigir gunung atau di taman-taman di kota tempat anak-anak main layang-layang
Di jam larut daun ketapang makin lebat berguguran diluar rencana
Dan kematian makin akrab, seakan kawan berkelakar yg mengajak tertawa -itu bahasa semesta yg dimengerti-
Berhadapan muka seperti lewat kaca bening
Masih dikenal raut muka, bahkan kelihatan bekas luka dekat kening
Ia menggapai tangan di jari melekat cincin
Lihat, tak ada batas antara kita
Aku masih terikat kepada dunia kerena janji karena kenangan
Kematian hanya selaput gagasan yg gampang diseberangi
Tak ada yg hilang dalam perpisahan, semua pulih, juga angan-angan dan selera keisengan
-Diujung musim dinding batas bertumbangan dan kematian makin akrab
Sekali waktu bocah cilik tak lagi sedih karena layang-layangnya robek atau hilang
Lihat, bu, aku tak menangis sebab aku bisa terbang sendiri dengan sayap ke langit-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY

Baca Juga:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...