Oleh: Tedi Hermansyah
Melihat negeri ini adalah melihat generasi-generasi tumbuh mengenali dirinya. Mengenali saudara saudaranya dan mengenali bangsanya. Mengenali cara hidupnya mengenali kebutuhannya juga mengenali tujuannya. Nilai-nilai yang lupa diajarkan oleh sistem pendidikan negeri ini. Yang terbuai oleh peradaban bangsa lain, bangsa yang tidak hidup diatas tanah dan air yang sama de…ngan kita.
Kita terasing dan berlomba-lomba mengasingkan diri dari kebersamaan kita sebagai bangsa. Kita terasing dari nilai-nilai utama hidup, yang sejatinya selalu mengajarkan kita ketulusan dan kejujuran. Generasi lupa membangun, lupa belajar dan sibuk dengan kesalahan-kesalahan tanpa berusaha untuk memperbaiki.
Generasi produk pendidikan berlomba menjadi penguasa untuk menguasai saudaranya, menguasai hasil buminya dan merendahkan dirinya dengan memperdagangkan dirinya serendah-rendahnya di kaki kekutan asing. Kekuatan yang oleh pendidikan kita disebut peradaban modern dan beradab. Generasi yang seharusnya mengenali potensinya dan berdaya di atas kakinya malah menggantungkan dirinya kepada produk-produk tanpa pernah menciptakannya. Berusaha menguasai ekonomi untuk menjajah saudara sebangsa. Mengeksploitasi kebodohannya, memperdagangkan ketidak berdayaannya kepada komoditas “peradaban modern" tersebut.
Pendidikan memang mengajarkan sikap adi luhung gotong royong, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh dan berat sama dipikul ringan sama dijinjing sebagai slogan persatuan. Tapi nilai nilai utamanya tidak pernah di distribusikan, dirumah, disekolah sebagai sebuah sistem dasar setiap generasi. Akhirnya slogan-slogan tersebut hanya jadi penguat kuasa dan menipu mereka yang takut pada masa depannya. Yang tergantung pada materi dan masa depan yang dibuat menakutkan.
Generasi semakin tertidur. Lelap tertidur dalam buaian kekayaan Individu atas nama Hak Azasi Manusia. Atas nama pahala dan demokrasi. Generasi terasing dari kebersamaanya sebagai bangsa, terasing dari keturunanya terasing dari lingkungan sosialnya.
Kita berlomba untuk terasing. Kita berlomba untuk jadi sendiri dan mengasingkan diri dari kebersamaan. Kita terasing dari tunas dunia, dari cita cita dan masa depan Nusantara. Kita terasing dari kemerdekaan. Karena lupa begitu nikmat. Karena modern begitu mengagungkan sampai kita lupa diri, lupa siapa kita dan lupa apa yang harus kita lakukan di negeri ini, ditanah yang melahirkan kita, di langit yang kita junjung.
Saya bersyukur tidak sekolah bersyukur tetap ingin menjaring persatuan dengan kebodohan saya sebagai anak Indonesia. Saya bersyukur menjadi bodoh, yang ingin menjalankan slogan bodoh bersatu untuk mengikat benang merah di setiap jiwa anak-anak Tuhan di bumi Nusantara. Untuk terus bermimpi menjadi bijaksana. Bermimpi menjadi bersahaja. Bermimpi untuk mampu memecahkan persoalan hidup kita bersama, dengan cara kita, dengan nilai kita, dengan bahasa kita untuk menjaring dunia menjadi satu. Menjaring Nusantara yang adil dan merdeka sebagai keluarga besar manusia-manusia dunia.
Salam
Tedi Hermansyah & kakaku Ericka Handoyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY