Senin, 26 Mei 2014

W.S Rendra-gugur


Ia merangkak
diatas bumi yg dicintainya
Tiada juara lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
rekor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yg merebut kotanya

Ia merangkak
diatas bumi yg dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yg gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
diatas bumi yg dicintainya
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata:
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah"

Tanah Ambarawa yg kucinta
Kita bukankah anak jadah
kerna kita punya bumi kecintaan

Bumi yg menyusui kita
dengan mata airnya
Bumi kita adalah tempat pautan yg syah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa

ia adalah bumi nenek moyang
ia adalah bumi waris yg sekarang
ia adalah bumi waris yg akan datang

Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Karena api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata
"Lihatlah hari telah fajar!"
Wahai bumi yg indah
Kita akan berpelukan buat selamanya

Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan memancarkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamkannya benih
dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun akan berkata
Alangkah gemburnya tanah disini
Hari pun lengkap malam
Ketika ia menutup matanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY

Baca Juga:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...