Kamis, 20 September 2012

khalil gibran-dua harapan

Sang maut beranjak dari hadapan Tuhan menuju ke bumi dikala malam benar-benar tertekan kesunyian. Kelepak sayap menerbangkannya, melayang-layang diatas kota, membelah rumah-rumah hunian dengan tajam matanya. Dilihatnya jiwa-jiwa manusia terombang-ambing dalam kerengkuhan sayap-sayap impian. Orang-orang terkapar dalam tidur lelapnya.
Sang maut beranjak perlahan di antara pemukiman penduduk dengan langkah hati-hati tanpa menyentuh apapun hingga menapakkan kakinya disebuah istana, seiring dengan jatuhnya rembulan di cakrawala yg menyebabkan kota itu seketika ditelan hitam pekat. Dimasukinya istana itu tanpa seorang pun yg menghalanginya. Ditegakkan tubuhnya disebelah dipan tidur, lalu disentuhnya pelupuk matanya hingga orang yg terlelap itu terpental bangkit dengan penuh ketakutan.
Dia melengking ketakutan demi dijumpainya wajah sang maut dihadapannya, "Enyahlah dariku hai mimpi seram! Pergilah, makhluk kejam! Siapa kau ini sebenarnya? Bagaimana kau bisa memasuki istana ini? Apa maumu? Enyahlah! Pergi dariku selalu pemilik istana ini. Akan kupanggil para budak dan prajurit agar mencincangmu hingga berkeping-keping jika kau tak segera meninggalkan tempat ini!"
Sang maut menyahut perlahan. Namun tak urung suaranya tetap menghalilintar, "Akulah kematian! Ayo bangkit dan merunduklah!"
Orang kaya yg berkuasa itu menukas lagi, "Apa maumu dariku? Kenapa kau datang sebelum kutuntaskan pekerjaanku? Apa yg kau harapkan dari orang kuat seperti aku? Enyahlah, cari saja orang lemah dan ambil dia semaumu! Taring-taringmu yg berlumur darah dan wajahmu yg keji itu membuatku takut! Mataku sampai gemetaran memandang sayap-sayap dan tubuhmu yg menjijikkan."
Lantas ia diam sekilas. Namun sejurus kemudian ia kembali berkata setelah tersadar dari ketakutannya, "Tidak, maut pengampun, jangan acuhkan kata-kataku! Ketakutan telah membuatku menyerocos memuntahkan kata-kata yg terlarang itu. Tolong jangan engkau bawa aku! Silahkan ambil emasku sesuai kebutuhanmu atau cabutlah nyawa salah satu budak. Biarkan aku meneruskan tugas kehidupan yg belum tuntas. Aku masih memiliki hal pada orang-orang yg membawa banyak emas dan hasil panenan yg belum tersimpan. Kapalku belum juga bersandar ke pelabuhan. Silahkan engkau bawa apapun yg engkau kehendaki, tapi jangan hidupku. Aku memiliki banyak selir cantik yg menyerupai fajar pagi. Silahkan engkau pilih di antaranya, duhai kematian. Aku juga memiliki putera tunggal yg sangat kusayangi. Dialah bola mataku. Tapi jika engkau menghendakinya juga, silahkan bawa dia, tapi jangan aku."
Dengan menggeram sang maut mencecar, "Sungguh engkau bukan orang kaya, tapi orang miskin yg merasa kaya."
Lantas sang maut mencengkeram tangan orang itu, menarik jiwanya dan melemparkannya kepada para malaikat di langit untuk menghisapnya.
Kemudian sang maut meneruskan jalannya diantara orang-orang miskin. Ia menemukan rumah yg paling kumuh. Ia pun masuk dan mendekati seorang pemuda yg terbuai lelap yg penuh damai. Anak muda itu terjaga sewaktu sang maut mengelus matanya. Serentak ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan demi disadarinya sang maut telah berdiri disampingnya, "Wahai sang maut yg jelita, aku berada disini. Sambutlah rohku, impian dan hakikat harapanku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena engkaulah yg penyayang dan tak akan meninggalkanku disini. Engkaukah utusan Tuhan, engkaulah tangan kanan kebenaran. Jangan tinggalkan daku. Telah kusebut namamu berkali-kali, namun engkau tak memenuhi panggilanku! Rupanya kini engkau telah mendengarku. Tolong jangan kecewakan cintaku, peluklah aku sang maut terkasih."
Sang maut menyentuhkan jari-jari lembutnya diatas bibir gemetar itu, merengkuh nyawanya dan menyimpannya dibalik sayap-sayapnya. Ketika menanjak ke langit, sang maut menoleh ke belakang, ke dunia. Dengan nada berbisik, ia berguman, "Hanyalah manusia yg telah menjumpai Keabadian di dunia yg selalu mengejar Keabadian."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY

Baca Juga:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...