Sewaktu Tuhan membelah jiwa dari wujud-Nya, Dia selalu menciptakan
keindahan dari-Nya. Tuhan menyematkan segenap kemuliaan dan kebaikan.
Tuhan juga mempersembahkan cangkir kebahagiaan. Tuhan lalu berkata,
"Jangan minum dari cangkir ini. Kebahagiaan itu hanya sesaat. Kecuali
engkau mengabaikan masa lalu dan masa depanmu."
Tuhan pun memberikan cangkir yg berisi penderitaan. Lalu Dia juga
berkata, "Lantaran penderitaan akan senantiasa menyertaimu, maka
minumlah melalui cangkir ini agar engkau mengerti hakikat kebahagiaan yg
hanya sesaat.
Kemudian Tuhan masih menghiasinya dengan cinta yg sanggup memberikan
kenikmatan dikala nafas pertama berkelenjar, menganugerahkan kepuasan
indrawi dan membingkisnya dengan manisan madu. Namun semua itu akan
tanggal seketika bila telah dinodai oleh rayuan bendawi.
Dengan hikmah surgawi-Nya yg senantiasa mengarahkan jalan kebenaran,
Tuhan menganugerahkan sepasang mata dibilik sanubari yg mampu memandang
segala yg maya. Dititipkan-Nya juga kasih sayang dan kebaikan lalu
dihiasi dengan gaun hasrat yg menyala yg ditenun oleh bidadari surga
dari benang-benang pelangi. Namun ditempelkan-Nya pula bayangan
kecemasan yg menjenterai fajar pagi sebagai cahaya kehidupan.
Tuhan yg menjamah kobaran tungku murka dan gemuruh prahara dari padang
kebodohan, butir-butir pasir yg setajam pisau sahara keangkuhan dan
tanah kasar dari telapak kaki zaman, lantas semuanya dileburkan menjadi
manusia.
Pada diri manusialah mengeram kekuatan buta yg akan menyeretnya kepadang
nafsu angkara. Disitulah nyawa manusia bertapa. Ia bisa menjelma hantu
kematian.
Tuhan kemudian tertawa namun sekaligus menangis. Tuhan merasakan cinta dan kasih sayang bergemuruh dalam diri manusia.
Tuhan pun mengayominya dalam hidayah-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY