Minggu, 01 April 2012

pendakian

Kegiatan alam bebas, khususnya pendakian gunung, meski semakin hari semakin diminati banyak orang, namun bagi orang awam tetap mengundang pertanyaan, "Mau apa sih naik gunung?" George F. Mallory, pendaki Inggris yg hilang di Puncak Everest pada tahun 1924, menjawab singkat, "Because it's there." Karena gunung itu ada, maka didaki. Lain halnya Soe Hok Gie, anggota Masala UI yg meninggal di Puncak Mahameru pada tahun 1969. Ia menjawab, "Karena aku mencintai hidup." Hal senada diutarakan oleh Norman Edwin, pendaki lain yg meninggal di Aconcagua, Argentina, "Karena aku menghargai kehidupan ini." Jadi pada umumnya yg mendorong seseorang untuk mendaki gunung adalah faktor psikologis, kepuasan batin disaat mencapai puncak bersama timnya, setelah menghadapi berbagai rintangan, dan merasakan lebih mendalam ciptaan Tuhan atas alam ini.
Menurut tujuannya, pendaki dapat dikategorikan menjadi beberapa, antara lain:
1. Penelitian ilmiah dalam bidang vulkanologi, geologi, biologi, arkeologi, sosiologi, speleologi.
2. Minat khusus, antara lain lintas gunung, latihan navigasi, buka jalur, latihan survival, latihan militer.
3. Amatir, antara lain menikmati alam, berlibur, kemping, rekreasi, membina kerjasama tim, melatih mental-fisik.
Dari ketiganya, yg paling mendasar dari semua motivasi adalah para ingin tahu. Perasaan inilah yg mendorong keberanian dan kegigihan dalam menghadapi tantangan, suatu perasaan tidak puas dengan apa yg telah dicapai, yg kemudian memunculkan keberanian untuk menghadapi tantangan yg lebih besar.
Mendaki gunung merupakan kegiatan yg menarik, mengasyikkan, menantang, meskipun berisiko tinggi. Berbagai bahaya dalam kegiatan akan bebas dapat dibagi menjadi dua, yaitu bahaya subjektif dan bahaya objektif. Bahaya subektid adalah cahaya yg diakibatkan oleh faktor manusia, yaitu pendaki itu sendiri, yg antara lain karena meremehkan alam, kurang persiapan mental, fisik, perlengkapan, peralatan, keahlian. Bahaya objektif adalah bahaya yg diakibatkan oleh faktor alam, antara lain gempa bumi, aktivitas vulkanik, badai, hujan, kabut, tanah longsor, dan longsoran salju. Bahaya objektif dapat dihindari dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Bahaya subjektif tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan akibatnya. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar musibah pendakian gunung terjadi karena faktor manusia.
Penyakit gunung merupakan penyakit yg menyerang para pendaki. Umumnya dikarenakan faktor ketinggam, cuaca, dan suhu yg berlebihan (terlalu panas atau terlalu dingin). Ada berapa penyakit gunung, antara lain hypothermia dan hypoksia. Hypothermia merupakan penyakit yg diakibatkan oleh menurunnya suhu tubuh secara drastis sehingga si korban mengalami halusinasi. Gejala hypothermia antara lain: korban membuka baju, berbicara melantur, dan berperilaku seperti orang yg tidak waras. Hypoksia disebabkan kurangnya oksigen dalam otak karena faktor ketinggam. Gejalanya, antara lain, pusing, mual, sesak nafas, kedinginan, badan lemas, jantung berdebar kencang. Jika korban dibawa turun sampai pada ketinggian tertentu maka penyakit tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Perlengkapan pendakian dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu perlengkapan tim dan perlengkapan pribadi. Perlengkapan tim antara lain: tenda dome, kompor, (kompor gas, minyak tanah, spiritus, paraffin), bahan bakar (tabung gas, minyak tanah, spiritus, paraffin), peralatan navigasi (peta topografi, kompas, GPS, altimeter, binokular), peralatan dokumentasi (kamera, film, silica gel, tripod) P3K (perban, obat merah, plester, obat sakit kepala, obat demam, obat diare, obat flu, obat pereda sakit, krim pereda otot pegal, keseleo, oralit, gunting kecil), belati/parang, webbing, carabiner, perlengkapan masak dan makan (korek, nesting/trangia, pisau, tissue gulung, sendok, garpu, piring, gelas, victorinox), tali rafia, tali pramuka, lilin, logistik (beras, mie, havermout, sayur-sayuran, sarden, kornet, margarine, telur, biskuit, buah, bumbu masak).
Perlengkapan pribadi, antara lain carrier, bag cover, matras (sleeping pad), kantong tidur (sleeping bag), kantong plastik, jerigen/botol minum, sepatu treking, sandal gunung, senter, slayer, raincoat, jaket, celana lapangan, ponco, gaiter, balaclava, backpack, perlengkapan mandi, pakaian ganti, kaos kaki, kaos tangan, masker, kacamata, sunblock, alat tulis, alat jahit, lain-lain (peniti, korek api, kalkulator, cermin, gunting kuku).
Pengepakan barang seringkali kurang diperhatikan oleh para pemula padahal packing sangat mempengaruhi kenyamanan perjalanan. Secara garis besar, aturan packing adalah sebagai berikut:
1. Bagian bawah, diisi sleeping bag, pakaian ganti, tenda, flysheet, jaket.
2. Bagian tengah, diisi jerigen, nesting, bahan bakar.
3. Bagian atas, diisi logistik, perlengkapan mandi, webbing, carabiner
4. Bagian kepala carrier diisi raincoat/ponco, senter, tissue, botol minum, P3K, alat tulis.
Cara yg lain, tenda dome diletakkan diatas agar apabila cuaca memburuk tenda tersebut dapat segera dipasang. Ada 3 hal penting dalam packing, yaitu seimbang, nyaman, dan aman.
Bila anda melakukan kegiatan di alam bebas, ada kode etik yg harus Anda ikuti, antara lain:
1. Tidak meninggalkan sesuatu, selain kelak kaki (leave nothing but footprints)
2. Tidak mengambil sesuatu kecuali gambar/foto (take nothing but picture)
3. Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu(kill nothing but time)
Selain itu ada beberapa pedoman yg dapat dipakai sebagai pegangan, antara lain:
1. Bukan gunung yg kita taklukan, tetapi diri kita sendiri (it is not the mountain we conquer, but ourselves)
2. Karena gunung itu ada maka didaki (because, it's there)
3. Mimpikan, rencanakan, lakukan! (dream it, plan it, do it)
4. Setinggi-tinggi manusia, lebih tinggi Tuhan Sang Pencipta (sak duwur-duwure gundul isih duwur Kang Maha Luhur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY

Baca Juga:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...