Sabtu, 03 Maret 2012

khalil gibran-perjamuan jiwa


Kasihku, bangkitlah! Atas nama jiwaku yg memujamu dari keluaran samudera dan melambaikan sayap-sayapnya padamu dari garangnya gemuruh gelombang.
Bangkitlah atas nama kesenyapan yg telah membunuh gelegar derap kuda dan pengembara yg berlalu lalang.
Aku masih saja menguak mata seorang diri, sekalipun rasa kantuk telah melipat jiwa-jiwa manusia. Tak lain lantaran rasa kangen senantiasa menyentakkanku dari beratnya mata.
Cinta lantas menggendongku meninggalkan bentangan jari-jarimu, lantaran kegelisahan tak kunjung letih mengusikku.
Kasihku, telah kulupakan bilik kamar-kamarku, lantaran aku sungguh cemas akan gangguan hantu-hantu kealpaan yg berkubang dibalik selimut yg terajut dari kelembutan kapas-kapas.
Bahkan demi bisikan kesunyianku yg mencekam, aku pun telah mengusir helaian-helaian suci didepan mataku dan kuhanguskan semua kitabku.
Kasihku, bangkitlah, bangkitlah, lalu simaklah jeritan resah istana jiwaku.
Kasihku, aku selalu mendengar bisikanmu. Kurasakan engkau tengah memanggil-manggilku dari kedalaman samudera dan kunikmati elusan sayap-sayapmu yg sangat sahdu. Aku telah mengabaikan bilik kamarku dan aku rela mengendus dimuka rerumputan, kendati embun malam menciumi kakiku dan membasahi gaunku. Disini, aku berdiri seorang diri, dibawah mekar-mekar pohon almond, membiarkan bayanganmu tetap bersemayam dalam belantara sukmamu.
Kasihku, tuturkanlah padaku, restuilah sapuan angin dari gunung-gunung Lebanon yg membelaiku sepoi-sepoi. Katakanlah, lantaran tak ada seorang pun yg akan mendengar kecuali aku. Malam telah gelap, lelah menggayut ditubuh mereka.
Kasihku, surga telah dianyam dalam kerudung cahaya malam dan terpaparkan keseluruh negeri Lebanon.
Kasihku, surga telah didandani cahaya purnama bulan dari sebuah jubah tebal menderetkan asap-asap dan nafas kematian, serta terbentang diatas bingkai kota.
Penduduk desa telah merundukkan dirinya dihadapan kelas didalam gubuk-gubuk yg bertebaran diantara pohon-pohon willow dan lemari. Jiwa mereka telah terhampar dalam bunga-bunga impian masa depan.
Manusia telah dikuasai oleh kemilau emas. Mata mereka sendu, berat dan letih lantaran terbelenggu oleh banyak persoalan. Tubuh mereka tersungkur diatas pembaringan seakan-akan tengah berlindung dari hantu ketakutan dan keputusasaan.Hantu-hantu masa lalu bergentayangan di lembah-lembah. Jiwa raja-raja dan nabi-nabi membumbung diatas bukit dan gunung. Pikiranku dihiasi oleh jutaan nostalgia. Wahai orang-orang Chaldea, tunjukan kepadaku kemegahan orang Siria dan kebangsawanan orang Arab.
Dalam lorong-lorong menyeramkan, ruh para maling yg menyeramkan berarakan. Mulut-mulut ular berbisa yg kelaparan menyembul dari ceruk-ceruk benteng. Virus mematikan telah bersetubuh dengan nestapa kematian yg menebarkan keangkeran diatas jalan itu. Kenangan telah menanggalkan kerudung lalainya dari sudut mataku dan mempertontonkan kemuakan Sodom dan dosa-dosa Gomorah padaku.
Kasihku, ranting-ranting menari. Suaranya berbaur dengan gemercik air sungai dilembah, berulang-ulang dan sayup-sayup ditelinga kita terkuak tembang kantikel Nabi Sulaiman, kecapi Nabi Daud yg mendayu-dayu dan nyanyian Nabi Ishak yg memukau.
Jiwa-jiwa bocah kelaparan bersemayam dalam gubuk yg bergetar. Keluh kesah para ibu terombang-ambing diatas ranjang kesangsian dan keputusasaan juga telah menjangkau langit. Mimpi-mimpi yg mencemaskan menggerogoti kalbu yg lemah. Kudengar semua jeritan getir mereka.
Aroma bunga-bunga telah bercampur dengan nafas pohon cedar yg semerbak tajam. Sepoi angin menerbangkan mereka keatas pegunungan. Jiwa mereka terbuai dalam kelembutan kasih dan sayang serta mengepakkan sayap kerinduan hingga terbang tinggi dan jauh.
Namun racun-racun rawa juga bangkit bersamaan, menunggangi tubuh penyakit, serupa dengan ramah rahasia yg menembus hati dan udara.
Kasihku, matahari telah tersenyum dari bilik peraduannya, jari-jari lembut kebangkitan kian membuai daun jendela terkuak, mengungkap keagungan dan keyakinan hati atas nama kehidupan. Dusun-dusun yg terlelap dalam keteduhan bahu-bahu lembah telah bangkit dari lamunan panjangnya. Genta gereja telah menjerit diiringi kesahduan suara ayam subuh. Gua-gua pun turut melantunkan irama genta seolah-olah seluruh belahan semesta tengah bersatu memanjatkan doa dengan penuh khusuk. Anak-anak lembu telah meninggalkan kandang mereka, demikian pula biri-biri dan kambing-kambing, bermain diantara pikatan rumput yg masih memeluk embun. Para penggembala berjalan dibelakang mereka, sambil menyeru diatas alang-alang. Dan dibelakang mereka, para perawan yg menyanyikan lagu-lagu laksana burung-burung menyambut pagi berjalan gemulai. Kini tangan panas siang hari mulai membakar kota. Tirai jendela yg dilukis dan pintu pun terkuak lebar-lebar. Mata-mata yg penat dan wajah para pekerja tergambar di dalam ruang kerja. Kematian terasa memberangus kehidupan mereka. Ketakutan dan keputusasaan menyemburat dari wajah-wajah mereka yg redup. Jalan-jalan diramaikan oleh jiwa-jiwa rakus yg saling berebut. Di mana-mana terdengar dentangan besi roda yg bergerak dan gelegar mesin uap.
Kota itu telah menjelma menjadi ajang perang, dimana diberlakukan hukum rimba, dimana si kaya menginjak si lemah, si kaya menunggangi si fakir.
Kasihku, hidup memang indah, laksana hati penyair yg diselimuti cinta dan kasih. Namun engkau pun jangan kalah bahwa hidup ini juga amat keji, tak ubahnya hati sang penjahat yg bergelegar dalam samudera prahara dan siksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY

Baca Juga:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...