Di sebuah ruangan 3x4 meter. Seorang pria tengah asik menggerakan
tangannya, seakan menari diatas kain berwarna putih. Tangannya
berlumuran cat. Di kanvas itu terlihat gambar beringin tua, disisi danau
yg tertutup kabut. Sedang dihadapannya terlihat gunung ilalang yg
menguning, memancarkan kemiskinan dan kesedihan.
Clek, terdengar pintu terbuka.
Sesosok wanita masuk, berjalan perlahan, diam disisi sang pelukis. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam yg terlihat kebesaran. Kemeja yg menutupi seluruh tubuh bagian atasnya sampai beberapa centi diatas lutut. Tubuh bagian bawah hanya ditutupi sepasang sendal. "Kumohon, lukislah aku!" suara yg keluar dari bibir tipisnya. "Ini pertama kalinya kau masuk ke bengkelku!? Lukis? Lukis seperti apa?" tanya pria itu. Dia berjalan lagi, tepat dihadapan sang pelukis. Jari-jarinya membuka 3 kancing atas kemeja itu. Perlahan tapi pasti, kemeja hitam itu meninggalkan pemiliknya dan tersangkut dibawah betis yg tak pernah cacat. Tangannya yg sedang menggerakan kuas, mendadak berhenti. Kini di depannya ada sosok 'cantik', seperti malaikat mungkin lebih. Meminta dilukis dengan pakaian surga. "Kau yakin ingin dilukis seperti ini?" "Ya aku yakin. Aku ingin kau membuat lukisan terindah" jawab wanita itu. Pelukis itu berbalik mencari kanvas kosong. Dapat, lalu diletakan ke tempatnya. Si wanita mulai berpose, tangannya melayang seakan sedang memegang selendang. Kepalanya sedikit menoleh ke kiri, dengan tatapan mata kosong. Kaki kiri sediki diangkat, seperti mau melangkah. Sang pelukis yg melihat, mengerti dengan pose yg ditunjukan wanita itu. Dia mulai menggoreskan cat berwarna abu-abu, keseluruh bagian kanvas. Dimulai dengan mata, garis-garis hitam melengkung mulai terbentuk. Sedikit gerakan melingkar, terciptalah tatapan mata yg kosong.
Detik demi detik, lukisan itu tinggal menantikan goresan terakhir. Lukisan wanita berwarna hitam putih yg mengenakan pakaian surga. Dengan latar belakang padang sepi, yg tertutup kabut. Dan dipenuhi bunga edelweis. "Apa kau menyukainya?" Wanita itu sudah ada disisi sang pelukis "Benarkah ini aku?" wanita itu balik bertanya. "Apakah tidak mirip?" tanya pelukis. "Tidak, aku hanya tak percaya aku secantik itu, kau memang jenius!" jawab si wanita. "Terima kasih" kata sang pelukis. "Kenapa tiba-tiba kau meminta dilukis?" lanjutnya. "Aku hanya ingin kau melihat keindahan. Keindahan seutuhnya, yg dipancarkan seorang wanita yg benar-benar tulus mencintaimu" kata wanita itu, yg sekarang sudah mengenakan kemeja hitamnya. "Selama ini yg kau cintai hanya lukisan. Kau tak pernah melihatku, tak pernah menyentuhku, tak pernah mencintaiku. Apa kau menyadarinya?" Sang pelukis terdiam, pikirannya kembali ke 2 tahun lalu. Ketika dia pertama kali melihat wanita itu. Di tengah keramaian, kenapa hanya dia yg bersinar, pikirnya. Beberapa hari setelah itu. Mereka bertemu disebuah pameran seni, mereka langsung akrab. 1 bulan kemudian mereka mulai berpacaran. Kehangatan itu hanya bertahan 2 minggu, dan hanya ada disatu sisi. Tapi hubungan itu tak pernah terputus, mereka masih saling bertemu. Sang pelukis masih mencintainya, tapi seperti lupa cara mengungkapkan perasaannya. Dan si wanita pun masih mencintainya, masih menunggu. "Apa maksudmu? aku masih tak mengerti!" tanya sang pelukis. "Aku hanya ingin mengatakan, cinta, keindahan dan kecantikan bukan hanya ada di dalam sebuah lukisan. Semuanya itu ada di dekatmu, ada aku!" seperti tersadar dia langsung menggenggam tangan si wanita. Menariknya, mendekatkan ke tubuhnya. Memeluknya lalu mengangkat sedikit kepalanya. Perlahan-lahan sang pelukis mendekatkan bibirnya. Sedang si wanita hanya diam sambil memejamkan mata. Sekarang bibir mereka saling bersentuh dan sang pelukis ikut memejamkan matanya. Mereka berciuman, sangat lama. Tanpa gerakan apa pun, bibir mereka pun diam. Hanya bersentuhan
Clek, terdengar pintu terbuka.
Sesosok wanita masuk, berjalan perlahan, diam disisi sang pelukis. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam yg terlihat kebesaran. Kemeja yg menutupi seluruh tubuh bagian atasnya sampai beberapa centi diatas lutut. Tubuh bagian bawah hanya ditutupi sepasang sendal. "Kumohon, lukislah aku!" suara yg keluar dari bibir tipisnya. "Ini pertama kalinya kau masuk ke bengkelku!? Lukis? Lukis seperti apa?" tanya pria itu. Dia berjalan lagi, tepat dihadapan sang pelukis. Jari-jarinya membuka 3 kancing atas kemeja itu. Perlahan tapi pasti, kemeja hitam itu meninggalkan pemiliknya dan tersangkut dibawah betis yg tak pernah cacat. Tangannya yg sedang menggerakan kuas, mendadak berhenti. Kini di depannya ada sosok 'cantik', seperti malaikat mungkin lebih. Meminta dilukis dengan pakaian surga. "Kau yakin ingin dilukis seperti ini?" "Ya aku yakin. Aku ingin kau membuat lukisan terindah" jawab wanita itu. Pelukis itu berbalik mencari kanvas kosong. Dapat, lalu diletakan ke tempatnya. Si wanita mulai berpose, tangannya melayang seakan sedang memegang selendang. Kepalanya sedikit menoleh ke kiri, dengan tatapan mata kosong. Kaki kiri sediki diangkat, seperti mau melangkah. Sang pelukis yg melihat, mengerti dengan pose yg ditunjukan wanita itu. Dia mulai menggoreskan cat berwarna abu-abu, keseluruh bagian kanvas. Dimulai dengan mata, garis-garis hitam melengkung mulai terbentuk. Sedikit gerakan melingkar, terciptalah tatapan mata yg kosong.
Detik demi detik, lukisan itu tinggal menantikan goresan terakhir. Lukisan wanita berwarna hitam putih yg mengenakan pakaian surga. Dengan latar belakang padang sepi, yg tertutup kabut. Dan dipenuhi bunga edelweis. "Apa kau menyukainya?" Wanita itu sudah ada disisi sang pelukis "Benarkah ini aku?" wanita itu balik bertanya. "Apakah tidak mirip?" tanya pelukis. "Tidak, aku hanya tak percaya aku secantik itu, kau memang jenius!" jawab si wanita. "Terima kasih" kata sang pelukis. "Kenapa tiba-tiba kau meminta dilukis?" lanjutnya. "Aku hanya ingin kau melihat keindahan. Keindahan seutuhnya, yg dipancarkan seorang wanita yg benar-benar tulus mencintaimu" kata wanita itu, yg sekarang sudah mengenakan kemeja hitamnya. "Selama ini yg kau cintai hanya lukisan. Kau tak pernah melihatku, tak pernah menyentuhku, tak pernah mencintaiku. Apa kau menyadarinya?" Sang pelukis terdiam, pikirannya kembali ke 2 tahun lalu. Ketika dia pertama kali melihat wanita itu. Di tengah keramaian, kenapa hanya dia yg bersinar, pikirnya. Beberapa hari setelah itu. Mereka bertemu disebuah pameran seni, mereka langsung akrab. 1 bulan kemudian mereka mulai berpacaran. Kehangatan itu hanya bertahan 2 minggu, dan hanya ada disatu sisi. Tapi hubungan itu tak pernah terputus, mereka masih saling bertemu. Sang pelukis masih mencintainya, tapi seperti lupa cara mengungkapkan perasaannya. Dan si wanita pun masih mencintainya, masih menunggu. "Apa maksudmu? aku masih tak mengerti!" tanya sang pelukis. "Aku hanya ingin mengatakan, cinta, keindahan dan kecantikan bukan hanya ada di dalam sebuah lukisan. Semuanya itu ada di dekatmu, ada aku!" seperti tersadar dia langsung menggenggam tangan si wanita. Menariknya, mendekatkan ke tubuhnya. Memeluknya lalu mengangkat sedikit kepalanya. Perlahan-lahan sang pelukis mendekatkan bibirnya. Sedang si wanita hanya diam sambil memejamkan mata. Sekarang bibir mereka saling bersentuh dan sang pelukis ikut memejamkan matanya. Mereka berciuman, sangat lama. Tanpa gerakan apa pun, bibir mereka pun diam. Hanya bersentuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah Baca Tinggalkan Komentar, Jangan Lupa Follow Blog Ini, Jangan Rasis, Jangan SARA, Jangan Diskriminasi, Jangan Porno, Jangan ALAY